Bulukumba, Retorika.co.id — Obyek Wisata Makam Dato Tiro dan Permandian Sumur panjang Dato Tiro
Kelurahan Eka Tiro, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba memiliki obyek wisata religi yang tidak sepi dari pengunjung, yaitu sebuah Makam Dato Tiro yang berumur ratusan tahun yang tepatnya berada di jalan Hila-hila.
Makam Dato Tiro, Hingga kini tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik wisatawan lokal, maupun wisatawan nusantara dan wisatawan mancaneraga. Karena Dato Tiro adalah pembawa dan peyebar Agama Islam pertama di Bulukumba. Lokasi obyek wisata tersebut titik tempuh dari Makassar sekitar 180 km, yang dapat ditempuh lewat darat dengan waktu kurang lebih 5-6 jam.
Para pengunjung Makam Dato Tiro sangat mengharapkan agar Dinas Pariwisata Bulukumba memperhatikan Obyek Wisata Makam Dato Tiro, mulai dari penataan, kebersihan, managemen pengelolaan, agar Makam Dato Tiro dapat terlihat lebih baik sehingga pengunjung dapat merasakan kenyamanan pada saat berkunjung ke Makam Dato Tiro tersebut.
Selain keberadaan Makam Dato Tiro yang dikenal sebagai penyebar Agama Islam Al-Maulana Khatib Bungsu. Tidak jauh dari makam tersebut, hanya sekitar 20 Meter terletak Permandian sumur panjang atau tepatnya mengelilingi mesjid kuno peninggalan Dato Tiro. Hingga saat ini menjadi salah satu destinasi wisata religi.
Tak hanya di kunjungi masyarakat di saat liburan, tapi juga para calon legislatif (caleg) untuk cari berkah, dulu dikenal mesjid Hila-Hila dan berubah nama menjadi Mesjid Nurul Hila Dato Tiro, “ungkap Rahmat pengelolah permandian Dato Tiro di Kelurahan Eka Tiro, Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba.
Tambahnya, Sumur atau Kolam itu dahulunya sangat ramai dikunjungi pada saat liburan dan ada yang mempercayai bahwa air sumur atau kolam tersebut dapat menyembuhkan segala macam penyakit, tapi akhir-akhir ini pengunjung terkadang ramai, terkadang tidak ada yang datang, kadang datang tapi tak menikmati sumur atau kolam tersebut karena keadaan yang kurangnya perawatan kolam tersebut yang membuat air keruh, pecahan keramik yang tajam, Rahmat (pengololah) berharap agar dari Dinas Pariwisata memerhatikan pagar kolam tersebut yang sudah tua,” ujarnya. (Rudi)